Friday, May 8, 2020

Sejarah Buddha dan kaitannya dengan Dzulkifli


 Buddha adalah sebutan bagi seseorang yang telah memperoleh pencerahan batin yang sempurna.
Buddha itu bukan hanya satu, tetapi terdapat begitu banyak buddha dalam beberapa kelahiran (zaman).

Buddha bukanlah Tuhan, seperti yang tertera dalam kitab Tripitaka :
“Tidak ada yang menyelamatkan kita selain diri kita sendiri,
Tidak ada yang dapat dan tidak ada yang mungkin.
Diri kita sendiri yang harus menjalani sang jalan,
Akan tetapi, Para Buddha telah menunjukkan sang jalan dengan jelas.” – Dp. 165

Jadi disini para buddha berperan sebagai pemberi jalan agar semua manusia terselamatkan dari tingkah laku yang salah. Buddha bisa juga disebut sebagai nabi (seperti sebutan dalam agama non-buddhist). Dalam pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa buddha bukanlah Tuhan, melainkan seseorang yang menyampaikan suatu ajaran kebenaran. Mari kita lanjutkan ke pembabaran kisah dari kedua tokoh tersebut.

Image may contain: sky, cloud and outdoor

Menurut Abu’l Kalam Azad (seorang Urdu scholar), Sang Buddha yang dikenal sebagai guru suci bagi umat Buddha tidak lain adalah Nabi Zulkifli as, yg dalam Al-Quran disebut sebagai Nabi yg mempunyai tingkat kesabaran yang tinggi, dan sangat baik. Dalam bahasa Arab Zulkifli sendiri berarti “orang yg berasal dari Kifl”. Sedangkan Kifl itu sendiri, masih menurut Kalam Azad, merupakan nama Arab untuk Kapila (singkatan dari Kapilavastu).
Buddha Maitreya yang dikenal dalam agama Buddha sebagai “Buddha yang akan datang” menurut beberapa analisa tidak lain adalah Nabi Muhammad SAW. Dalam kitab Chakkavatti Sinhnad Suttanta D. III, 76 bisa ditemui: “Akan muncul di dunia seorang Buddha bernama Maitreya (yg berhati mulia) seorang yg suci, seorang yg luhur, seorang yg tercerahkan, penuh kebijakan dalam tingkah laku, muncul pada waktu yg tepat, mengenali alam semesta.”

Pernyataan dari isi kitab Chakkavatti Sinhnad Suttanta D. III, 76 bisa juga merujuk tentang kedatangan imam mahdi atau al-mahdi, karena pada akhir zaman nanti akan terdapat sebuah konflik besar yang disebabkan oleh Dajjal, jadi maksud dari kalimat “seorang yg tercerahkan, penuh kebijakan dalam tingkah laku, muncul pada waktu yg tepat, mengenali alam semesta” dalam kitab Chakkavatti Sinhnad Suttanta D. III, 76 dapat merujuk kepada al-mahdi seperti yang terdapat dalam Al-Quran dan dalam beberapa kitab suci lainnya.

Zulkifli bermaksud sanggup menjalankan amanah raja. Menurut cerita, raja di negeri itu sudah lanjut usia dan ingin mengundurkan diri daripada menjadi pemerintah, tetapi beliau tidak mempunyai anak.
Justru, raja itu berkata di khalayak ramai:”Wahai rakyatku! Siapakah antara kamu yang sanggup berpuasa pada waktu siang dan beribadah pada waktu malam. Selain itu, sentiasa bersabar ketika menghadapi urusan, maka akan aku serahkan kerajaan ini kepadanya.”
Tiada seorang pun menyahut tawaran raja itu. Sekali lagi raja berkata:”Siapakah antara kamu yang sanggup berpuasa pada waktu siang dan beribadah pada malamnya serta sanggup bersabar?”
Sejurus itu, Basyar dengan suara yang lantang menyatakan kesanggupannya. Dengan keberanian dan kesanggupan Basyar melaksanakan amanah itu beliau diberi gelaran Zulkifli.
Baginda juga adalah nabi yang cukup sabar seperti firman Allah, bermaksud:
“Ismail, Idris dan Zulkifli adalah orang yang sabar dan Kami beri rahmat kepada semua karena mereka orang yang suka bersabar.”

Dalam agama Buddha, perkataan Buddha bermaksud ‘seorang yang bijaksana’ atau ‘dia yang mendapat petunjuk’. Kadang kala istilah ini digunakan dengan maksud ‘nabi’. Buddha pernah menceritakan kedatangan seorang Antim Buddha. Perkataan Antim bermaksud ‘yang terakhir’ dan Antim Buddha bermaksud ‘nabi yang terakhir’ (Antim terakhir yang dimaksudkan ialah Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul terakhir). Pada saat kematian Sang Buddha, beliau memberitahu perkara ini kepada seorang Bikkhu sekaligus Murid setianya bernama Ananda.


Makna “Nabi” dalam bahasa Arab (berasal dari kata naba yang berarti “dari tempat yang tinggi”; karena itu orang ‘yang di tempat tinggi’ dapat melihat tempat yang jauh). Nabi dalam bahasa Arab sinonim dengan kata Buddha sebagaimana yang difahami oleh para penganut Buddha. Sinonim pengertian ini dapat diringkaskan sebagai “Seorang yang diberi petunjuk oleh Tuhan sehingga mendapat kebijaksanaan yang tinggi menggunung”.

Maka berbalik kepada maudhu’ pembahasan, benarkah Buddha itu disebut dalam Al-Qur’an? Sebenarnya tidak ada kata-kata “Buddha” dalam Al-Qur’an, namun menurut Dr. Alexander Berzin bahawa terdapat catatan para sejarawan dan peneliti yang mengaitkan beberapa ayat Al-Qur’an dengan Sang Buddha, yaitu pada maksud ayat;

“Demi (buah) Tin (fig) dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sinai, dan demi kota (Mekah) ini yang aman, sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu? Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?”(At-Tin 95 : 1)
Beliau menjelaskan bahwa buah Zaitun melambangkan Jerusalem, Isa a.s. (Jesus atau Al-Masih dalam Nasrani). Bukit Sinai melambangkan Musa a.s. dan Yahudi. Kota Mekah pula menunjukkan Islam dan Muhammad SAW. Manakala pohon Tin (fig) pula melambangkan apa?

Image may contain: tree, plant and outdoor

Tin (fig) = Pohon Bodhi
Pohon Bodhi adalah tempat Buddha mencapai Pencerahan Sempurna. Al-Qasimi di dalam tafsirnya berpendapat bahawa sumpah Allah SWT dengan buah tin yang dimaksud ialah pohon Bodhi. Prof. Hamidullah juga berpendapat sama dengan al-Qasimi bahwa perumpamaan pohon (buah) tin (fig) di dalam Al-Qur’an ini menunjukkan Buddha itu sendiri, maka dari sinilah mengapa sebahagian ilmuan Islam meyakini bahawa Buddha telah diakui sebagai nabi di dalam agama Islam.
Pokok Bodhi termasuk dalam suku Moraceae (Beringi-beringi).


Manakala Hamid Abdul Qadir, seorang sejarawan abad ke-20 mengatakan dalam bukunya Buddha Yang Agung: Riwayat dan Ajarannya (Arab: Budha al-Akbar Hayatuh wa Falsaftuh), menjelaskan bahawa Buddha adalah nabi Dhul-Kifl, yang berarti “Dia yang berasal dari Kifl”. Nabi Dhul-Kifl @ Zulkifli disebutkan 2 kali dalam Al-Qur’an:
“Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli (Dhul Kifl). Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar.” (Al-Anbiya’ 21: 85).
“Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa, dan Dzulkifli (Dhul Kifl). Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik.” (Shad 38 : 48).

Nabi Zulkifli a.s dan Nabi Idris a.s sama – sama memiliki kisah hidup yang mirip dengan kisah hidup sang Buddha, tetapi kisah hidup sang Buddha Gotama lebih mendekati dengan kisah hidup Nabi Zulkifli a.s daripada Nabi Idris a.s, walaupun demikian nabi idris juga dapat dikaitkan dengan sang Buddha, karena dalam suatu zaman ada begitu banyak Buddha, sehingga kita dapat merujuk pada Qs. Al-Anbiya’ 21 Ayat 85 dan Qs. Shad 38 Ayat 48 yang menyebutkan bahwa mereka (Nabi Zulkifli as dan Nabi Idris a.s) termasuk orang – orang yang sabar dan semuanya termasuk orang – orang yang paling baik. Hal ini berkaitan erat dengan konsep ajaran Buddhisme yang juga mengajarkan tentang kesabaran (seperti kesabaran dalam menundukkan hawa nafsu dalam meditasi).
Dalam sejarah Islam, Nabi Zulkifli a.s. adalah antara nabi yang mempunyai cerita yang paling sedikit dibicarakan. Hal ini mungkin menjadi faktor kepada sebahagian ulama’ menyamakan watak Dzul-Kifli dalam Al-Qur’an dengan Buddha yang secara kebetulan banyak persamaan sekiranya disesuaikan.

Yang menarik perhatian saya ialah tentang surah at-tin (the fig). Allah berfirman mengenai pokok/buah tin, pokok/buah zaitun, bukit sinai dan kota mekah. Mekah dikaitkan dengan Nabi Muhammad SAW, Bukit Sinai dengan Nabi Musa, zaitun dengan Nabi Isa a.s., dan siapa pula dikaitkan dengan buah atau pokok tin?
Dikatakan dalam sejarah bahwa Sang Buddha duduk dibawah pokok tin. Kalau merujuk pada istilah islam, dia mendapat wahyu sewaktu duduk dibawah pokok tersebut. Namun bila merujuk pada pemahaman ajaran Buddhisme, dia mendapat ilham sewaktu samadhi atau meditasi dibawah pokok tersebut.

Bila Allah berfirman : “Wattiini wazaitun. watuurisinina wahazal baladil amin”.
Allah menyebutkan perihal Nabi-Nabi-Nya. Tiin (Nabi Zulkifli-Buddha), Zaitun (Nabi Isa a.s), Siniina- bukit Sinai (Nabi Musa) dan Baladil amin -Tanah yang aman dan selamat (Mekah)- Nabi Muhammad SAW. Ini mengikuti urutan berdasarkan ayat tersebut, hebatnya Qur’an sebagai kalimat Tuhan dan susunan sejarah riwayat para Nabi-Nya.


‘Ficus’ adalah bahasa Latin dari ‘Fig’ (Ara) yang berarti buah dari pohon ‘Religiosa’ mengacu kepada ‘Religion’(Agama), karena pohon ini suci untuk agama Hindu dan Buddha dan sangat sering ditanam di kuil-kuil kedua agama tersebut.
‘Bodhi’ kependekkan dari ‘Bo’ yang berarti ‘supreme knowledge’(pengetahuan tertinggi) or ‘awakening’(kesadaran) dalam bahasa India Kuno.

Buddha : satu ungkapan dalam bahasa Sansekerta yang bererti "Da yang ‎sedar" (dari kata budh + ta).

buddha bukan agama. ia adalah jalan keagamaan. kita tdk tahu bagaimana ribuan tahun lampau cara penyembahan yg bagaimana. agama2 ini diseleweng menjadi berhala. lebih parah zaman kolonial mengaitkan buddha dgn tokong2 spt yg ada sekarang.

t borobudur, candi budhha binaan srivijaya, di situ ada ukiran seorang nabi yang ditunggu2, lahir pada tahun gajah, ayahnya hamba tuhan dan ibunya seorang yang jujur, tourist guide tu melayu buddha dari bali, lepas dia cerita lukisan tu, kami smua tergelak terbahak2(budak2 tak pandai nak hormat orang lagi) sebab obvious sangat, muka tourist guide tu mcm tahan marah je.


Setiap umat di zamannya dipastikan mempunyai "wakil TUHAN dalam wujud manusia". di Hindu disebut sebagai "Avatara", di Buddha disebut sebagai "Boddha", di Jainism sebagai "tirthankar", dan di Islam, Kristian, dan Yahuudi sebagai "Nabi". Tiap-tiap utusan TUHAN tersebut mempunyai cara ibadah yg berbeda2 sesuai dengan zaman dan apa yang telah diwahyukan, namun malangnya majoriti umat sepeninggal para utusan telah diselewengkan kebenarannya.

No comments:

Post a Comment